Apa makna dibalik senyum Mona Lisa yang penuh teka teki? Para ilmuwan percaya senyum itu berubah-ubah tergantung bagian mata mana yang melihat terlebih dahulu.
Salah satu daya tarik lukisan yang paling terkenal di dunia itu adalah bisa terlihat berseri-seri, namun kemudian berubah menjadi serius dan sinis.
Kini para ilmuwan mengklaim telah menemukan jawaban atas perubahan tersebut, yaitu mata kita yang mengirimkan sinyal acak ke otak.
Mereka percaya bahwa senyum Mona Lisa dapat terlihat tergantung pada sel di retina dan saluran apa yang digunakan gambar masuk ke dalam otak.
Sel yang berbeda di dalam mata dirancang untuk mengambil berbagai warna, kontras, latar belakang dan latar depannya.
Semua tergantung pada sel-sel apa yang menangkap gambar pertama kali dan saluran apa yang digunakan untuk menafsirkan ke otak. Saluran ini mengkodifikasikan data berdasarkan ukuran objek, kejelasan, kecerahan dan lokasi bidang visual.
"Terkadang satu saluran menang atas lainnya, dan senuyum terlihat, namun jika lainnya mengambil alih, senyum tidak akan terlihat," kata Dr Luis Martinez Otero, seorang ilmuwan syaraf dari Institute of Neuroscience di Alicante, Spanyol yang melakukan penelitian.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang alasan dibalik senyum Mona Lisa Dr Martinez Otero mempertimbangkan beragam aspek yang berbeda dari Mona Lisa.
Ia kemudian memprosesnya melalui saluran visual yang berbeda, dan menanyakan pada relawan apakah mereka melihat senyum dalam lukisan atau tidak.
Relawan cenderung melihat Mona Lisa tersenyum setelah sebelumnya mereka ditunjukkan layar gelap, dan membuat Martinez Otero berkesimpulan bahwa pada sel-sel pusat inilah senyum Mona Lisa dapat dirasakan.
Apakah Leonardo berniat untuk menabur begitu banyak kebingungan dalam otak penikmat lukisannya? Martinez Otero berpendapat. Leonardo menulis dalam salah satu buku catatannya bahwa ia berusaha untuk melukis ekspresi dinamis, karena itulah yang ia lihat di jalan."
Penelitian ini awalnya dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Society for Neuroscience di Chicago. Ini bukan pertama kalinya bagi para ilmuwan untuk mendekonstruksi karya besar Leonardo da Vinci itu.
Pada tahun 2000, Margaret Livingstone, seorang ilmuwan syaraf di Harvard Medical School, menunjukkan bahwa senyum Mona Lisa lebih menonjol pada kamera daripada pusat mata.